Jumat, 11 Juni 2010

Ya, Terima Kasih

hari itu . .

aku melihatnya . .


Dan ternyata memang benar dugaanku

Hahaha

Ya sudah lah

Mungkin memang begini jalan ceritanya

*****

Melihat ke arah jam 12 tepat

Kawan yang sudah tak mengenali ku lagi

Apa yang harus aku lakukan?

Mengajaknya bicara?

Atau hanya diam menunggu waktu yang memutuskan?

Hmm…

Aku memilih untuk diam dan membiarkan waktu yang memutuskan

Apa aku senang dengan aku yang sekarang?

Mungkin ya

Mungkin tidak

Banyak hal yang baru entah itu menarik maupun menyebalkan datang menghampiriku

Tapi banyak pula hal yang menyebalkan dan menarik menjauh dari hidupku

Ya

Inilah roda kehidupan

Berputar dan selalu berputar

Menjungkir balikkan penghuni yang singgah di dalamnya

*****

Sedikit menyesali kehidupan ataupun banyak menyesali kehidupan sepertinya tidak akan mengubah hidupku yang sekarang ini

Hei! Tapi aku memerlukan perubahan

Tentu sekarang atau tidak sama sekali

Sekarang?

Tidak sekarang?

Aku suka nanti

Ahh…

Serasa hidup ini berjalan dengan lambatnya

*****

Ada sepuluh

Tapi sembilan di matanya

Ada sembilan

Tapi delapan di matanya

Ada delapan

Tapi tujuh di matanya

Ada tujuh

Tapi enam di matanya

Ada enam

Tapi lima di matanya

Ada lima

Tapi empat di matanya

Ada empat

Tapi tiga di matanya

Ada tiga

Tapi dua di matanya

Ada dua

Tapi satu di matanya

Ada satu

Tapi kosong di matanya

Selalu kurang satu

Atau sengaja dikurangkan satu?

Itulah aku

Selalu hilang dari pandangannya

Itulah aku

Teman yang dijadikan pengecualian

Itulah aku

Yang berdiri jauh menatap lurus di hadapannya

Itulah aku

*****

Dia melihatku!

Ya dia lihat

Tapi tidak hatinya

Dia tahu keberadaanku!

Ya dia tahu

Tapi tidak hatinya

Dia mendengar suaraku!

Ya dia dengar

Tapi tidak hatinya

*****

Aku ada

Tapi mati di hatinya

Bagaimana?

Apakah aku harus mati?

Agar ada di hatinya?

Tidak

Ingatkah kau pada satu pepatah

Mati satu tumbuh seribu

Tidak

Bagiku bukan hanya seribu

Tapi sejuta

Kalaupun bisa

Jangan ada yang mati

Namun tumbuh terus hingga seribu tahun lamanya

Atau mungkin aku harus membuat pepatah untuk diriku sendiri

Hmm…

*****

Bosan?

Ya aku bosan

Sangat bosan

Seperti menunggu bus kota yang tak kunjung tampak

Hari ini mendung

Semua

Cuaca dan hariku

Kalut?

Sedikit

Mana busnya?

Aku mau pulang

Sekarang!

Nah itu busnya

Datang juga

Hahaha

Aku orang yang sabar bukan?

Ya sangatlah sabar

*****

Bosan?

Ya bosan

Mungkin hanya beberapa persen

Senyum saja

Maka semua akan menguap

Tenang

Aku tak mengantuk

Pernah belajar ilmu alam?

Ya menguap

Hahaha

Sedikit demi sedikit akan terbang menghilang

Hilang

Tapi bukan aku

*****

Aku takkan hilang

Aku akan terus ada

Hingga aku mulai bosan sepenuhnya

Kapan?

Tunggu saja

Sampai kaupun bosan menunggu aku bosan

Kau tahu yang ku maksud?

Kau pasti tahu

Karena kau masih peduli dengan ku

Benarkah?

Ya benar

Aku tahu dirimu kawan

*****

Walaupun tidak terlalu baik

Aku mengerti dirimu

Tapi inilah aku

Dengan sejuta sudut pandang

Kau tahu kan isi tulisanku ini?

Ayolah!

Ini isi hatiku

Isi hati seseorang yang tak pandai dalam merangkai kata

Ah…

Masih mendung

Tapi tidak untuk hariku

Kau tahu kenapa?

Karena aku hampir sampai

Ketika nanti tiba di rumah

Aku akan membawa bau mesin bus yang sangat pekat

Bau polusi yang sangat menyesakkan

Selalu begitu

Bila kau jadi aku?

Ahh…

Lupakan

Hahaha

Bosan?

Tidak

Karena inilah aku

Ini hidupku

Terima saja

Agar dapat tersenyum nantinya

*****

Dan sekarang

Kau marah padaku?

Aneh

Aku tak tahu alasanmu marah padaku

Atau aku yang tak mau tahu

Atau aku yang tak peka dengan keadaan

Atau aku yang tak tahu diri

Mungkin saja

Maka bicaralah!

Aku tak tuli

Pendengaranku masih jernih

Hingga dapat mendengar isi hatimu yang dingin

Aku tahu

Bukan sok tahu

Aku hapal dengan tingkahmu

Bukan sombong

Kau diam

Maka akupun diam

Kau bicara

Maka akupun demikian

Bukannya ingin dirajakan

Aku ingin memulai berbincang denganmu

Sungguh!

Tapi kau tak pernah menganggapku lagi

Aku hilang di matamu

Aku mati di hatimu

*****

Aku turun

Dan memandang sosok mama menunggu dari kejauhan

Aku naik bus kota

Tapi tak langsung berhenti di daerah rumahku

Bila tak dijemput

Maka aku wajib menyusuri jalan yang panjang

Agar cepat sampai di gubukku yang damai

Sepintas berpikir untuk mengendarai sepeda motor

Nantilah

Tunggu aku menginjak 17 tahun

Hahaha

*****

Dan kini air dari angkasa meluncur bebas menuju bumi

Ah…

Hujan

Hanya cuaca

Dari mendung lalu hujan

Tapi tidak untuk aku yang sekarang ini

Mendung sebelumnya

Namun cerah kemudian

Karena aku selalu berpikir positif

Walau susah

Namun selalu ku coba

Ku paksa bila perlu

Agar dapat tersenyum nantinya

*****

Kawan

Ya kau kawan

Kau kawanku bukan?

Hahaha

Mungkin tidak untuk sekarang

Untukmu

Bukan untukku

Namun

Kemarin, hari ini dan esok hari kau tetap kawanku

Apa?

Aku aneh?

Ya

Tapi hanya sedikit

Kutanya lagi

Kau tahu maksud dari cerita ini bukan?

Semoga kau tahu

Andaikanpun kau tak tahu

Aku tetap akan senang

Karena dengan kehadiranmu

Aku jadi mengerti rasanya kehilangan

Jujur

Aku tak sedih seperti saat aku kehilangan kucing kesayanganku

Namun aku hanya dapat tersadar dan tersenyum dari kejauhan

Kau pikir aku gila?

Sedikit

Hahaha

Kau tahu kawan

Kalimat-kalimat ini mengalir dengan sendirinya

Kau tahu itu

*****

Mungkin hanya kata terima kasih yang dapat aku sampaikan

Maaf?

Kata itu belum dapat ku gunakan

Dan akupun tak akan minta maaf

Apa salahku

Dan apa alasannya sehingga aku harus mengucapkan kata maaf?

Katakan!

Bila kau memberi tahuku

Apapun alasannya

Maka aku akan meminta maaf padamu saat itu juga

Egois?

Sepertinya tidak

Inilah aku

Aku yang sekarang adalah aku yang dulu

Dan akan menjadi aku

Kau paham maksudku?

Ah sudahlah

Mungkin tidak untuk sekarang

Dan kata yang hanya dapat aku ucapkan untukmu adalah

Terima kasih

Terima kasih kawan

Terima kasih kau pernah peduli padaku

Dan mungkin kata “kawan” belum dapat kita gunakan untuk waktu dekat ini

Mungkin nanti

Mungkin besok

Mungkin lusa

Mungkin seminggu lagi

Mungkin sebulan lagi

Mungkin setahun lagi

Ah sudahlah…

*****

Kau tahu

Aku orang yang sabar

Sangatlah sabar

Bilamana aku tak sabar

Aku tak akan dapat menulis cerita ini

Sesampainya di depan

Aku akan mencari bus kota dengan jalur yang berbeda

Bisa saja ku lakukan itu

Toh tetap searah dengan rumahku

Tapi tak ku lakukan

Aku menunggu bus kota yang aku tahu akan sangat lama munculnya

Kau tau?

Ya

Akupun akhirnya dapat melihat kawanku

Tepat lurus berada di seberang jalan

Berdiri asing di arah jam 12

Kawan yang sudah tak mengenali ku lagi

Dan akupun memulai ceritaku

*****

Dan ternyata memang benar dugaanku

Hahaha

Ya sudah lah

Mungkin memang begini jalan ceritanya


cerita ini nyata kawan
tapi aku lupa tepatnya tanggal berapa
hmmm~





Tidak ada komentar:

Posting Komentar